Jakarta - Kementerian Kebudayaan berupaya memperkuat talenta sastra dan bahasa melalui Singaraja Literary Festival (SLF) 2025 yang digelar di Buleleng, Bali.
“Menteri Kebudayaan berkomitmen mendukung ekosistem sastra karena peran pentingnya dalam pemajuan kebudayaan, dan festival sastra berpotensi menjadi motor penggeraknya, sehingga bidang sastra menjadi salah satu fokus kementerian," kata Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kemenbud Ahmad Mahendra dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu.
Dalam pembukaan festival di Bali, Jumat (25/7), Mahendra mengatakan festival itu disinergikan dengan program penguatan festival sastra. Langkah ini menjadi komitmen nyata dari Kementerian Kebudayaan dalam pengembangan ekosistem sastra.
SLF dipilih menjadi mitra Kementerian Kebudayaan karena festival tersebut merupakan peristiwa penting dalam lanskap kesusastraan regional sampai internasional karena menjembatani pengetahuan dari masa ke masa dengan praktik kesenian kontemporer.
Kegiatan itu juga dianggap mampu menjadi pusat produksi pengetahuan berbasis lokalitas dan riset.
"Sehingga Kementerian Kebudayaan melihat pentingnya dukungan keberlanjutan festival seperti ini untuk menjaga kesinambungan nilai, inovasi, dan pelibatan publik," ucap dia.
Di tahun ini, SLF melakukan riset bertemakan "Buda Kecapi" yang berasal dari naskah kuno yang ditulis di atas daun lontar. Buda Kecapi memiliki makna energi penyembuhan semesta. Tema ini menjadi kontekstual karena sastra memiliki kekuatan penyembuhan yang mendalam.
Hasil riset tersebut dijadikan basis pemrograman festival, seperti dalam pembahasan berbagai sesi, pertunjukan teater dan musik, serta pembuatan film dokumenter mengenai Buda Kecapi.
Mahendra menjelaskan sastra dengan mudah bisa terjalin erat dengan tradisi lisan, musik, pertunjukan, film, kuliner, ritual, dan berbagai objek pemajuan kebudayaan lainnya. Dengan pendekatan alih wahana, sastra bisa semakin dekat dengan berbagai kalangan masyarakat.
"Keluwesan medium sastra ini yang membuat saya yakin bahwa ekosistem sastra Indonesia bisa tumbuh dengan semarak," katanya.
Direktur sekaligus pendiri Singaraja Literary Festival, Kadek Sonia Piscayanti, menjelaskan Buda Kecapi adalah salah satu naskah kuno yang tersimpan di Gedong Kirtya, Singaraja.
Teks tersebut menyimpan gagasan tentang kehidupan yang seimbang, relasi harmonis antara manusia dan semesta, serta nilai-nilai penyembuhan melalui seni dan kebijaksanaan lokal.
“Kami merancang festival ini sebagai proses alih wahana dari teks lontar menjadi pertunjukan, karya sastra modern, bahkan film. Jadi kami tidak sekadar mengarsipkan masa lalu, tapi menghidupkannya dalam bentuk yang relevan dan bisa diterima generasi hari ini,” kata Sonia.
Berikutnya, Singaraja Literary Festival juga berkolaborasi dengan program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya yang merupakan program prioritas nasional dan bertujuan untuk menjaring, mengembangkan, dan mempromosikan talenta seni budaya Indonesia secara terstruktur dan berkelanjutan, serta menghubungkan talenta dengan berbagai peluang pengembangan kapasitas dan akses pasar.
Bersama program Singaraja Literary Festival, MTN Seni Budaya hadir sebagai wadah pembelajaran, penguatan kapasitas, serta pemantik kolaborasi lintas generasi bagi para pelaku dan peminat sastra. Salah satu bentuk keterlibatan MTN adalah dihadirkannya MTN Ikon Inspirasi yang mempertemukan peserta dengan tokoh sastra untuk berbagi wawasan dan pengalaman kreatif.
Oleh : Hreeloita Dharma Shanti/ANTARA